KABUPATEN Kutai Timur (Kutim) bukan hanya memiliki kekayaan sumber daya alam dan keberagaman budaya saja, namun wisata alamnya nan elok juga banyak disuguhkan Tuhan untuk mahkluknya. Salah satunya lokasi air terjun di Kecamatan Kaliorang.
Roda dua terus berputar, menggelindingi aspal hitam, tak jarang ditemui pula lubang jalanan. Kadang kali roda bulat itu harus berhenti sejenak, sekadar untuk beristirahat atau mengisi asupan diri mau pun bahan bakar kendaraan.
Melewati Kecamatan Bengalon dengan menempuh 1,5 jam perjalanan, tim memilih untuk berhenti sejenak. Perjalanan dari Sangatta memang cukup melelahkan. Hingga menepi merupakan pilihan tepat, baik sekadar untuk bercengkrama mau pun bertegur sapa dengan masyarakat sekitar.
Sesekali sembari bertanya perihal jarak tempuh yang akan dilalui. Tim sempat bertemu dengan perempuan paruh baya, berkerudung hitam sambil menyuguhkan kopi panas yang berwarna senada dengan penutup kepalanya itu, ia menunjukan arah jalan yang akan kami tempuh. Sepertinya wanita ini telah fasih dengan lokasi yang dituju oleh tim.
Ya meski pun warung yang sekaligus ditempatinya untuk menetap itu tidak seperti kafe elit di perkotaan, namun aroma dan rasa saat menyeruput kopi itu rasanya sebanding, bahkan tak kalah dengan kedai kopi ternama.
“Kopi khas warung kami, pakai gula aren. Kalau mau ke air terjun lurus saja, masih dua jam dari sini. Biasa, orang yang mau ke lokasi itu pasti singgah di sini,” ujar Hamida saat kami membayar.
Tim yang dikomandoi Reno Aldian ini melanjutkan perjalanan. Melepas kawasan Bengalon, terhampar pemandangan elit. Bagian kanan-kiri jalan mata dimanjakan dengan bentangan karst. Batuan cadas tertua di dunia itu membuat decap kagum setiap sorotan mata. Pohon nan hijau melambangkan keasrian hutan ini. Pemandangan yang mahal, namun sayang ancaman penggundulan mungkin saja terjadi, tetapi semoga tidak terjadi.
Dua jam berlalu, tim telah meninggalkan Bengalon, tepat searah dengan perjalanan itu, plang tanda air terjun mulai terlihat. Wisatawan mesti melalui ada jalan setapak dengan kondisi jalan yang cukup curam. Jarak lokasi air terjun tepat sekira 500 meter dari bibir jalan raya Bengalon-Kaliorang. Semakin laju roda berputar, maka ritme rem kendaraan mesti semakin diatur. Sebab, bulatnya roda terus menggelincir dengan sendirinya saat menapaki turunan gunung.
Memasuki kawasan air terjun, riuhnya air semakin berdendang di telinga. Tandanya, lokasi yang dituju semakin dekat. Sempat nyaris terperosok karena licinnya jalan, namun kondisi imbang mesti tetap dijaga demi menyelamatkan barang bawaan. Jelas harus diselamatkan, karena di dalam hutan memang tidak ada pedagang, lagi pula kondisinya jauh dari pertokoan.
Saat dikonfirmasi, ketua tim, lelaki yang memboyong istrinya itu merasa senang menyambangi lokasi ini. Apa lagi kata Reno, di Balikpapan, tempat sebelumnya ia menetap sangat sulit menemui wisata alam air terjun.
“Awalnya dapat info dari istri yang kebetulan orang Kutim, karena memang hobi kami adventurer, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat ke sini, tempatnya memang sangat menarik,” ungkapnya.
Seperti diketahui, lokasi air terjun ini tersembunyi di antara bentangan karst yang mengelilingi kecamatan ini. Bahkan, airnya yang jernih bagai aliran pelepas dahaga dari surga. Ya, masyarakat sekitar tidak bergantung pada PDAM untuk memenuhi kebutuhan baku satu ini. Sebab, airnya yang murni mengalir alami dan dimanfaatkan warga setempat. (*)